Senin, 25 Februari 2013

Biodiversitas di Indonesia


Manfaat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman makhluk hidup merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam keragaman bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan makhluk hidup yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genetik. Keanekaragaman hayati banyak memberikan manfaat bagi kehidupan, yaitu:
1. Sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan Makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan sangat tergantung pada ketersediaan tanaman dan hewan.
2. Sebagai sumber plasma nutfah
Plasma nutfah merupakan kisaran keanekaragaman genetika yang menyangkut individu-individu liar sampai bibit unggul yang ada pada masa kini. Jadi, plasma nutfah tersebut terdapat di dalam sel makhluk hidup. Manusia memanfaatkan plasma nutfah sebagai bahan baku untuk pemuliaan tanaman dan hewan.
3. Manfaat ekologik Masing-masing jenis organisme memiliki peranan di dalam ekosistemnya. Kestabilan tatanan kehidupan di suatu daerah ditentukan oleh makin beranekaragamnya jenis makhluk hidup.

Keunikan Biodiversitas di Indonesia
Biodiversitas di Indonesia sangat unik karena:
1. Keanekaragaman tinggi.
2. Memiliki hewan tipe oriental, Australian, dan peralihan.
3. Indonesia kaya akan flora Malesiana.
4. Indonesia kaya akan hewan dan tumbuhan endemik.
5. Terdapat berbagai hewan dan tumbuhan langka.
 
1. Keanekaragaman Tinggi
Banyaknya spesies yang ada dalam sebuah ekosistem disebut keanekaragaman hayati. Indonesia terletak di daerah tropis sehingga memiliki keanekaragaman tinggi dibandingkan dengan daerah subtropis (iklim sedang) dan kutub. Keanekaragaman yang tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan hujan tropis. Di dalam hutan hujan tropis terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang belum dimanfaatkan atau masih liar. Di dalam tubuh hewan atau tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Keanekaragaman yang tinggi ini dapat dilihat dari berbagai jenis spesies yang dipunyai Indonesia.
 
2. Memiliki Hewan Tipe Oriental, Australian, dan Peralihan
Pada tahun 1858, Alfred Russel Wallace, yang hidup sezaman dengan Charles Darwin dan membantu mencetuskan teori evolusi seleksi alam, mengenal pola perbedaan antarsatwa pulau di Indonesia. Ia tidak mengira bahwa Kalimantan dan Sulawesi mempunyai jenis burung berbeda meski tidak dipisahkan oleh pembatas utama seperti fisik dan iklim. Berdasar pengamatannya, pada tahun 1859, Wallace menetapkan dua wilayah utama dengan menggambar garis batas di sebelah timur Kalimantan dan Bali, memisahkan satwa bagian barat dan timur. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke selatan hingga Selat Lombok. Jadi, garis tersebut memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australian (Sulawesi, Papua, Irian Jaya, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).
 
Keunikan hewan-hewan yang termasuk daerah oriental atau Indonesia barat, antara lain:
a. Banyak spesies mamalia (gajah, banteng, harimau, badak), ukuran tubuh besar.
b. Terdapat berbagai jenis primata (mandril, tarsius, orang utan).
c. Terdapat berbagai jenis burung (burung-burung oriental memiliki warna tidak semenarik burung daerah Australian, namun memiliki suara lebih merdu, karena umumnya dapat berkicau).
d. Terdapat berbagai hewan endemik (badak bercula satu, binturong, kukang, jalak bali, murai mengkilat, dan ayam hutan berdada merah). Sedangkan hewan-hewan yang termasuk daerah Australian atau Indonesia bagian timur, antara lain:
a. Banyak hewan berkantung (kanguru, kuskus).
b. Mamalia berukuran tubuh kecil.
c. Terdapat berbagai jenis burung dengan beranekaragam warna. Adanya garis Weber yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang ke arah utara ke kepulauan Aru, menjadikan Sulawesi merupakan pulau pembatas antara wilayah oriental dan Australian. Oleh karena itu, Sulawesi merupakan wilayah peralihan. Hewan-hewan yang termasuk wilayah peralihan, antara lain: maleo, berbagai jenis kupu-kupu, primata primitif (Tarsius spectra), anoa, dan babi rusa.
3. Indonesia Kaya akan Flora Malesiana
Malesiana adalah suatu daerah luas yang meliputi Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini, dan kepulauan Solomon. Wilayah ini terletak di daerah sekitar khatulistiwa. Daerah Malesiana memiliki iklim tropis dan curah hujan yang relatif tinggi. Maka di daerah ini merupakan pemusatan pertumbuhan berbagai jenis vegetasi. Hutan di Indonesia (seperti wilayah Malesiana) merupakan bioma hutan hujan tropis, yang didominasi oleh:
a. Pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap, contohnya: meranti (Shorea sp), keruing (Dipterocarpus sp), kayu garu (Gonystylus bancanus).

b. Tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat). Selain hutan hujan tropis Indonesia juga mempunyai hutan musim dan padang rumput. Pada hutan musim banyak dijumpai tumbuhan seperti jati, mahoni, bungur, soga, dan albasia. Di Indonesia juga terdapat tipe hutan pantai di mana banyak dijumpai berbagai tumbuhan seperti pandan (Pandanus tectorius), bakung, dan bakau.
 
4. Indonesia Kaya Akan Hewan dan Tumbuhan Endemik
Contoh hewan endemik di Indonesia: harimau jawa, harimau bali (sudah punah), badak bercula satu di Ujung Kulon,jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, binturong, burung maleo di Sulawesi, dan komodo di Pulau Komodo. Contoh tumbuhan endemik di Indonesia dari genus Raflesia, seperti:
a. Raflesia patma di Nusakambangan dan Pangandaran.
b. Raflesia arnoldi endemik di Bengkulu, Sumatra Barat dan Aceh.
c. Raflesia borneensisi di Kalimantan.
5. Terdapat Berbagai Hewan dan Tumbuhan Langka Contoh hewan yang langka di Indonesia:
a. Harimau jawa (Panthera tigris sondaicus)
b. Macan kumbang (Panthera pardus)
c. Tapir (Tapirus indicus)
d. Komodo (Varanus komodensis)
e. Maleo (Macrocephalon maleo)
f. Banteng (Bos sondaicus)
g. Mandril (Nasalis larvatus)
h. Cendrawasih (Paradisea minor)
i. Kanguru pohon (Dendrolagus ursinus)
j. Kakatua raja (Probociger aterrimus)
k. Buaya muara (Crocodylus porosus)
l. Ular sanca hijau (Chondrophyton viridis)
 
Contoh tumbuhan yang langka di Indonesia:
a. Bedali (Radermachera gigantean)
b. Kepuh (Stereula foetida)
c. Bungur (Lagerstroemia spesiosa)
d. Nangka celeng (Arthocarpus heterophyllus)
e. Mundu (Garcinia dulcis)
f. Sawo kecik (Manilkara kauki)
g. Winong (Tetrameles nudiflora)
h. Kluwak (Pingium edule)
i. Gandaria (Bouea macrophylla)
 
C. Kegiatan Manusia yang Memengaruhi Keanekaragaman Hayati
 
1. Kegiatan Manusia yang Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati
a. Penebangan hutan dijadikan lahan pertanian atau pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Hal ini menyebabkan kerusakan habitat yang mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
b. Polusi, bahan pencemar dapat membunuh mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan.
c. Penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia. Meningkatnya jumlah penduduk, sehingga keperluannya pun meningkat pula. Hal ini didukung dengan pengembangan teknologi pemanfaatan sehingga mengonsumsi keanekaragaman dengan cepat.
d. Introduksi spesies eksotik. Hal ini mengakibatkan spesies tertentu menjadi tersisihkan, sehingga spesies tertentu tersebut jarang digunakan, yang akhirnya terlupakan.
e. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme pengganggu atau penyakit suatu tanaman, pada kenyataannya menyebar ke lingkungan dan menjadi zat pencemar. Selain akibat kegiatan manusia, terancamnya kondisi keanekaragaman dapat disebabkan oleh faktor alam, misalnya kerusakan habitat juga dapat terjadi oleh adanya bencana alam, seperti kebakaran, gunung meletus, dan banjir.
 
2. Kegiatan Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
a. Pemuliaan, yaitu usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan silang menghasilkan variasi baru (meningkatkan keanekaragaman gen).
b. Reboisasi (penghijauan), dapat meningkatkan keanekaragaman hayati. Adanya tumbuhan berarti memberikan lingkungan yang lebih baik bagi organisme lain.
c. Pembuatan taman-taman kota, yaitu memberikan keindahan dan lingkungan lebih nyaman, serta dapat meningkatkan keanekaragaman hayati.
d. Usaha manusia untuk mempertahankan keberadaan plasma nutfah yang dikenal sebagai usaha pelestarian atau konservasi. Dilakukan melalui dua cara, yaitu: secara in situ (dilaksanakan di habitat aslinya) dan pelestarian secara ex situ (dilaksanakan dengan memindahkan individu yang dilestarikan dari tempat tumbuh aslinya dan dipelihara di tempat lain).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar