Manfaat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman
makhluk hidup merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam
keragaman bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan makhluk hidup yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan
jenis, dan tingkatan genetik. Keanekaragaman hayati banyak memberikan
manfaat bagi kehidupan, yaitu:
1. Sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan Makanan, tempat
tinggal, dan obat-obatan sangat tergantung pada ketersediaan tanaman dan
hewan.
2. Sebagai sumber plasma nutfah
Plasma nutfah merupakan kisaran keanekaragaman genetika yang
menyangkut individu-individu liar sampai bibit unggul yang ada pada masa
kini. Jadi, plasma nutfah tersebut terdapat di dalam sel makhluk hidup.
Manusia memanfaatkan plasma nutfah sebagai bahan baku untuk pemuliaan
tanaman dan hewan.
3. Manfaat ekologik Masing-masing jenis organisme memiliki peranan
di dalam ekosistemnya. Kestabilan tatanan kehidupan di suatu daerah
ditentukan oleh makin beranekaragamnya jenis makhluk hidup.
Keunikan Biodiversitas di Indonesia
Biodiversitas di Indonesia sangat unik karena:
1. Keanekaragaman tinggi.
2. Memiliki hewan tipe oriental, Australian, dan peralihan.
3. Indonesia kaya akan flora Malesiana.
4. Indonesia kaya akan hewan dan tumbuhan endemik.
5. Terdapat berbagai hewan dan tumbuhan langka.
1. Keanekaragaman Tinggi
Banyaknya spesies yang ada dalam sebuah ekosistem disebut
keanekaragaman hayati. Indonesia terletak di daerah tropis sehingga
memiliki keanekaragaman tinggi dibandingkan dengan daerah subtropis
(iklim sedang) dan kutub. Keanekaragaman yang tinggi di Indonesia dapat
dijumpai di dalam lingkungan hutan hujan tropis. Di dalam hutan hujan
tropis terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang
belum dimanfaatkan atau masih liar. Di dalam tubuh hewan atau tumbuhan
itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di
masa mendatang. Keanekaragaman yang tinggi ini dapat dilihat dari
berbagai jenis spesies yang dipunyai Indonesia.
2. Memiliki Hewan Tipe Oriental, Australian, dan Peralihan
Pada tahun 1858, Alfred Russel Wallace, yang hidup sezaman
dengan Charles Darwin dan membantu mencetuskan teori evolusi seleksi
alam, mengenal pola perbedaan antarsatwa pulau di Indonesia. Ia tidak
mengira bahwa Kalimantan dan Sulawesi mempunyai jenis burung berbeda
meski tidak dipisahkan oleh pembatas utama seperti fisik dan iklim.
Berdasar pengamatannya, pada tahun 1859, Wallace menetapkan dua
wilayah utama dengan menggambar garis batas di sebelah timur Kalimantan
dan Bali, memisahkan satwa bagian barat dan timur. Garis Wallace
membelah Selat Makassar menuju ke selatan hingga Selat Lombok. Jadi,
garis tersebut memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatra, Jawa,
Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australian (Sulawesi, Papua, Irian
Jaya, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).
Keunikan hewan-hewan yang termasuk daerah oriental atau Indonesia barat, antara lain:
a. Banyak spesies mamalia (gajah, banteng, harimau, badak), ukuran tubuh besar.
b. Terdapat berbagai jenis primata (mandril, tarsius, orang utan).
c. Terdapat berbagai jenis burung (burung-burung oriental
memiliki warna tidak semenarik burung daerah Australian, namun
memiliki suara lebih merdu, karena umumnya dapat berkicau).
d. Terdapat berbagai hewan endemik (badak bercula satu,
binturong, kukang, jalak bali, murai mengkilat, dan ayam hutan berdada
merah). Sedangkan hewan-hewan yang termasuk daerah Australian
atau Indonesia bagian timur, antara lain:
a. Banyak hewan berkantung (kanguru, kuskus).
b. Mamalia berukuran tubuh kecil.
c. Terdapat berbagai jenis burung dengan beranekaragam
warna. Adanya garis Weber yang berada di sebelah timur
Sulawesi memanjang ke arah utara ke kepulauan Aru, menjadikan
Sulawesi merupakan pulau pembatas antara wilayah oriental dan
Australian. Oleh karena itu, Sulawesi merupakan wilayah
peralihan. Hewan-hewan yang termasuk wilayah peralihan, antara lain:
maleo, berbagai jenis kupu-kupu, primata primitif (Tarsius spectra),
anoa, dan babi rusa.
3. Indonesia Kaya akan Flora Malesiana
Malesiana adalah suatu daerah luas yang meliputi Malaysia,
Indonesia, Filipina, Papua Nugini, dan kepulauan Solomon. Wilayah ini
terletak di daerah sekitar khatulistiwa. Daerah Malesiana memiliki iklim
tropis dan curah hujan yang relatif tinggi. Maka di daerah ini
merupakan pemusatan pertumbuhan berbagai jenis vegetasi. Hutan di
Indonesia (seperti wilayah Malesiana) merupakan bioma hutan hujan
tropis, yang didominasi oleh:
a. Pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang
menghasilkan biji bersayap, contohnya: meranti (Shorea sp), keruing
(Dipterocarpus sp), kayu garu (Gonystylus bancanus).
b. Tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat). Selain hutan hujan
tropis Indonesia juga mempunyai hutan musim dan padang rumput. Pada
hutan musim banyak dijumpai tumbuhan seperti jati, mahoni, bungur, soga,
dan albasia. Di Indonesia juga terdapat tipe hutan pantai di mana
banyak dijumpai berbagai tumbuhan seperti pandan (Pandanus tectorius),
bakung, dan bakau.
4. Indonesia Kaya Akan Hewan dan Tumbuhan Endemik
Contoh hewan endemik di Indonesia: harimau jawa, harimau bali
(sudah punah), badak bercula satu di Ujung Kulon,jalak bali putih
(Leucopsar rothschildi) di Bali, binturong, burung maleo di Sulawesi,
dan komodo di Pulau Komodo. Contoh tumbuhan endemik di Indonesia dari
genus Raflesia, seperti:
a. Raflesia patma di Nusakambangan dan Pangandaran.
b. Raflesia arnoldi endemik di Bengkulu, Sumatra Barat dan Aceh.
c. Raflesia borneensisi di Kalimantan.
5. Terdapat Berbagai Hewan dan Tumbuhan Langka Contoh hewan yang langka di Indonesia:
a. Harimau jawa (Panthera tigris sondaicus)
b. Macan kumbang (Panthera pardus)
c. Tapir (Tapirus indicus)
d. Komodo (Varanus komodensis)
e. Maleo (Macrocephalon maleo)
f. Banteng (Bos sondaicus)
g. Mandril (Nasalis larvatus)
h. Cendrawasih (Paradisea minor)
i. Kanguru pohon (Dendrolagus ursinus)
j. Kakatua raja (Probociger aterrimus)
k. Buaya muara (Crocodylus porosus)
l. Ular sanca hijau (Chondrophyton viridis)
Contoh tumbuhan yang langka di Indonesia:
a. Bedali (Radermachera gigantean)
b. Kepuh (Stereula foetida)
c. Bungur (Lagerstroemia spesiosa)
d. Nangka celeng (Arthocarpus heterophyllus)
e. Mundu (Garcinia dulcis)
f. Sawo kecik (Manilkara kauki)
g. Winong (Tetrameles nudiflora)
h. Kluwak (Pingium edule)
i. Gandaria (Bouea macrophylla)
C. Kegiatan Manusia yang Memengaruhi Keanekaragaman Hayati
1. Kegiatan Manusia yang Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati
a. Penebangan hutan dijadikan lahan pertanian atau pemukiman dan
akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Hal ini menyebabkan kerusakan habitat
yang mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
b. Polusi, bahan pencemar dapat membunuh mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan.
c. Penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia.
Meningkatnya jumlah penduduk, sehingga keperluannya pun meningkat pula.
Hal ini didukung dengan pengembangan teknologi pemanfaatan sehingga
mengonsumsi keanekaragaman dengan cepat.
d. Introduksi spesies eksotik. Hal ini mengakibatkan spesies
tertentu menjadi tersisihkan, sehingga spesies tertentu tersebut jarang
digunakan, yang akhirnya terlupakan.
e. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme
pengganggu atau penyakit suatu tanaman, pada kenyataannya menyebar ke
lingkungan dan menjadi zat pencemar. Selain akibat kegiatan manusia,
terancamnya kondisi keanekaragaman dapat disebabkan oleh faktor alam,
misalnya kerusakan habitat juga dapat terjadi oleh adanya bencana alam,
seperti kebakaran, gunung meletus, dan banjir.
2. Kegiatan Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
a. Pemuliaan, yaitu usaha membuat varietas unggul dengan cara
melakukan perkawinan silang menghasilkan variasi baru (meningkatkan
keanekaragaman gen).
b. Reboisasi (penghijauan), dapat meningkatkan keanekaragaman
hayati. Adanya tumbuhan berarti memberikan lingkungan yang lebih baik
bagi organisme lain.
c. Pembuatan taman-taman kota, yaitu memberikan keindahan dan
lingkungan lebih nyaman, serta dapat meningkatkan keanekaragaman hayati.
d. Usaha manusia untuk mempertahankan keberadaan plasma nutfah yang
dikenal sebagai usaha pelestarian atau konservasi. Dilakukan melalui
dua cara, yaitu: secara in situ (dilaksanakan di habitat aslinya) dan
pelestarian secara ex situ (dilaksanakan dengan memindahkan individu
yang dilestarikan dari tempat tumbuh aslinya dan dipelihara di tempat
lain).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar