Jumat, 15 Februari 2013

Suku Tougutil Si Penjaga Hutan Halmahera


  • Suku Tougutil Si Penjaga Hutan Halmahera
    Suku Tougutil Si Penjaga Hutan Halmahera
Kalau kita mendengar kata suku, pasti langsung terpikirkan dengan orang-orang yang tinggal di pedalaman.
Biasanya di hutan atau pinggir sungai. Memang tak salah kalau kita berpikir seperti itu.
Ada salah satu suku yang tinggal di hutan. Namanya suku Tougutil. Suku ini tinggal di pinggir Sungai Aketajawe, pedalaman hutan Pulau Halmahera, Maluku Utara.
rumah togutil
Tempat tinggal suku Tougutil sangat sederhana. Biasanya rumah mereka dibangun di dekat sungai.
Suku Tougutil terkenal dengan sebutan suku penjaga hutan Halmahera.
Oleh karena mereka hidup dengan bergantung pada hutan, mereka turut menjaga dan melestarikan kelestarian hutan.
Selain menjadi sumber makanan, bagi orang suku Tougutil, tumbuh-tumbuhan atau pepohonan di hutan juga dimanfaatkan sebagai obat.
Misalnya, daun lungu-lungu yang berwarna merah di sisinya. Orang suku Tougutil menggunakannya untuk obat sakit kepala.
Caranya tinggal menempelkan sisi merah daun lungu-lungu tersebut di kening si penderita sakit kepala. Tidak sampai sehari sakit kepala akan hilang. Ada lagi daun kuli lawang.
Daun berwarna putih ini sering digunakan untuk obat pegal linu. Tinggal direbus daunnya, lalu diminum deh  air rebusan daun tersebut.
Rumah tinggal suku Tougutil sangat sederhana. Bentuknya seperti rumah panggung. Atapnya memakai daun woka dan  lantainya menggunakan kayu papan.
Rumah ini hanya memiliki satu ruangan serta tidak begitu luas. Makanya keluarga yang anggotanya banyak harus berdesak-desakan saat tidur.
togutil
Menangkap ikan di sungai di tengah hutan.
Hutan bagi suku Tougutil sangat berarti. Sebab, di sanalah mereka tinggal, bekerja, dan mencari makan.
Makanya jika ada orang yang diam-diam menebang pohon di hutan Halmahera, mereka akan melarang dan langsung melapor kepada petugas taman nasional.
Hebatnya lagi, jika ada bayi yang lahir, mereka harus menanam satu pohon baru. Begitu juga jika mereka menebang satu pohon, mereka akan menanam 10 pohon baru.
Wah , mereka menjaga kelestarian hutan sekali yah !
Tidak salah kalau mereka disebut Tougutil, yang dalam bahasa setempat tou  artinya orang, dan gutil artinya  hidup di antara pohon.
Anak-anak suku Tougutil tidak sekolah. Mereka belajar tata cara hidup dan menjaga alam, langsung dari hidup sehari-hari orang dewasa.
Seharusnya kita lebih perhatian terhadap mereka, agar anak-anak di sana tambah pintar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar