Sabtu, 16 Februari 2013

Sawit ganggu habitat alami, harimau keluar cari mangsa


Akibat habitat alaminya kini dijadikan perkebunan sawit, harimau di Jambi keluar mencari mangsa dan masuk pemukiman penduduk. Kepala BKSDA menjelaskan peristiwa keluarnya harimau disebabkan karena ekosistem yang terganggu dan mangsa buruannya makin berkurang.
Akibat habitat alaminya kini dijadikan perkebunan sawit, harimau di Jambi keluar mencari mangsa dan masuk pemukiman penduduk. Kepala BKSDA menjelaskan peristiwa keluarnya harimau disebabkan karena ekosistem yang terganggu dan mangsa buruannya makin berkurang.
Harimau Sumatera / Panthera tigris sumatrae (FOTO: Antara Jambi)
Harimau Sumatera / Panthera tigris sumatrae (FOTO: Antara Jambi)
Jambi (ANTARA Jambi) - Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Jambi, Trisiswo, menyatakan kasus serangan harimau terhadap seorang warga di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, diakibatkan habitat hewan buas yang dilindungi itu sudah terganggu.
"Harimau seperti hewan lain pada umumnya memang memiliki kawasan jelajah dan habitat yang jelas. Jika terganggu tentunya harimau akan keluar untuk mencari mangsa," ujar Trisiswo saat dihubungi di Jambi.
Ekosistem harimau memiliki mata rantai yang saling berkaitan dengan hewan lain sebagai mangsa harimau. Jika habitatnya terganggu, tidak hanya harimau saja yang terancam, begitu juga hewan mangsa harimau itu sendiri.
"Jika di dalam ekosistem itu sudah jarang mangsa buruan tentunya harimau bisa keluar, dan tak jarang masuk ke kawasan penduduk di sekitar kawasan hutan," katanya.
Pernyataan itu disampikan menanggapi kasus yang terjadi pada Jumat (8/2) siang, di mana seorang petani bernama Fajar (28) menderita luka di bagian bahu kanan akibat diterkam dan digigit harimau Sumatera di kawasan perkebunan sawit di Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Jambi.
Akibat terkaman harimau itu, Fajar terpaksa harus dilarikan dan dirawat di rumah sakit dr Bratanata, Kota Jambi dan mendapat beberapa jahitan. Namun, Fajar mengaku sangat beruntung, karena sang raja hutan hanya sekali menerkam kemudian pergi menghilang.
"Saat itu saya hanya pasrah dan berdoa. Di depan harimau saya juga meminta ampun agar jangan membunuh saya," katanya.
Fajar mengaku, selama beberapa tahun bekerja memanen sawit, dirinya belum pernah sama sekali melihat harimau berkeliaran. Apes baginya, sekali bertemu harimau, dirinya langsung diterkam.
Atas kejadian itu, BKSDA Jambi langsung menurunkan tim khusus guna melacak keberadaan harimau tersebut. Sebab dikhawatirkan bisa meresahkan warga sekitar, namun hingga berita ini ditulis belum ada informasi terkait upaya pelacakan tersebut.
Kecamatan Batang Asam merupakan daerah perbatasan antara Provinsi Jambi dengan Provinsi Riau. Wilayah ini dikenal juga berdekatan dengan kawasan hutan sebagai habitat harimau Sumatera di Jambi.
Berdasarkan data dan hasil penelitian beberapa organisasi pemerhati harimau Sumatera, populasi harimau ini di Jambi hanya antara 250-300 ekor. Keberadaannya menyebar di beberapa kawasan hutan di Jambi mulai dari hutan lindung hingga konservasi.
Paling banyak populasi harimau Sumatera diketahui berada di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan kawasan taman nasional terbesar di daerah itu. Konflik satwa dengan manusia khususnya harimau kerap terjadi di Provinsi Jambi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar