Rabu, 13 Maret 2013

Alih Fungsi Hutan Diduga Penyebab Turunnya Populasi Anoa


Alih Fungsi Hutan Diduga Penyebab Turunnya Populasi Anoa
Anoa (Foto: indonesianfauna.com)

"Besar dugaan kami bahwa menurunnya populasi satwa langka anoa dan endemik sekaligus maskot Sulawesi Tenggara disebakan alih fungsi hutan secara besar-besaran pada sektor pertambangan"
Jakarta, Aktual.co — Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara menyatakan bahwa menurunnya populasi Anoa (bubalus depressicornis) di beberapa daerah suaka marga satwa dan kawasan konservasi disebabkan alih fungsi hutan, khususnya di sektor pertambangan.

"Besar dugaan kami bahwa menurunnya populasi satwa langka anoa dan endemik sekaligus maskot Sulawesi Tenggara disebakan alih fungsi hutan secara besar-besaran pada sektor pertambangan," kata Kepala BKSDA Sultra Sahulata R Rohana di Kendari, Rabu (6/3).

Menurut Rohana, populasi Anoa khususnya yang masuk dalam kawasan konservasi yang tersebar pada 12 kawasan di Sultra diperkirakan sisa 180 sampai 200 ekor.

Populasi anoa itu tersebar di dua kawasan suaka margasatwa yakni Suaka Margasatwa Kabupaten Buton Utara dan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, Konawe Selatan.

Menurut Rohana, populasi anoa yang tercatat itu belum termasuk yang hidup di kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TN-RAW) di Konawe Selatan dan Bombana yang diperkirakan berjumlah antara 50-60 ekor berdasarkan laporan dari petugas yang mengawasi kawasan itu pada tahun 2009-2010.

Data jumlah satwa langka anoa itu, katanya, hanya yang tercatat di dalam kawasan konservasi yang diawasi BKSDA Sultra seluas 276.000 ha.

Sementara populasi anoa di kawasan hutan lindung (HL) dan hutan produksi di bawah wewenang Dinas Kehutanan provinsi dan kabupaten/kota diperkirakan masih ada ribuan ekor, katanya.

Menurut Rohana, setelah masuknya sejumlah perusahaan pertambangan beberapa tahun terakhir ini, ada kecenderungan menurunnya populasi satwa yang sangat dilindungi itu.

"Pengalihan kawasan hutan lindung menjadi hutan produksi pada lima tahun terakhir oleh pemda adalah penyebab utama menurunnya populasi Anoa, apalagi diketahui bahwa satwa ini sangat peka dan mudah terusik bila ada mahluk lain di sekitarnya," tuturnya.

Tidak heran, belakangan ini, anoa yang hidup di pegunungan banyak turun ke kebun-kebun dan permukiman di Kabupaten Kolaka untuk mencari makan karena habitatnya rusak akibat perambahan hutan maupun usaha pertambangan.

Sumber: http://www.aktual.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar