JAKARTA: PT Riau Andalan Pulp and Paper terus membidik
peluang ekspor bibit tanaman hutan jenis akasia ke China dan Malaysia.
Hingga kini, sejumlah sentra pembibitan yang dikembangkan RAPP mampu
memproduksi 200 juta bibit akasia dan ekaliptus setiap tahun.
RAPP telah mengembangkan 4 pusat pembibitan di Pangkalan Kerinci,
Pelalawan dan Baserah, serta sejumlah satellite nursery. Sebagian besar
produksi bibit tanaman hutan dikonsentrasikan untuk memasok kebutuhan
pengembangan hutan tanaman industri (HTI).
Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin mengungkapkan
pembangunan sentra pembibitan merupakan bagian dari komitmen perusahaan
guna mengoptimalkan potensi hutan dengan tetap menjunjung prinsip
kelestarian.
Menurut Kusnan, pengembangan nursery itu telah mengadopsi teknologi
pembibitan kehutanan yang berdampak langsung pada upaya-upaya
pengurangan emisi karbon, termasuk strategi pengelolaan hutan tanaman
yang berkelanjutan.
Selain itu, produktivitas dan kualitas serat kayu juga dapat dicapai
dengan mengintegrasikan perbaikan genetik tanaman untuk sifat kayu yang
diinginkan. RAPP, seru Kusnan, telah melakukan rangkaian penelitian
penyebaran bahan genetic serta mengkaji praktik silvikultur yang tepat
untuk lahan dan spesies dalam upaya meminimalkan penurunan kualitas
karena hama dan penyakit.
“Pusat pembibitan ini juga akan mendukung ekspor bibit akasia ke
Malaysia dan China. Ini akan menunjukkan apresiasi internasional
terhadap kualitas bibit yang dihasilkan oleh RAPP,” katanya kepada Bisnis hari ini, (13/8).
Ekspor benih tanaman hutan perlu melengkapi sejumlah persyaratan
seperti sertifikat asal-usul, sertifikat mutu benih dan bibit dari Balai
dan Lembaga Sertifikasi, serta sertifikat kesehatan dari Badan
Karantina Tumbuhan apabila dibutuhkan pihak pemohon.
Kementerian Kehutanan menghimbau perusahaan yang mengimpor benih
tanaman hutan perlu mempertimbangkan kualitas benih. Selain itu, pasokan
kebutuhan di dalam negeri harus terpenuhi sebelum ekspor dilakukan.
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Misbahul Huda mengungkapkan
pasokan benih dan cadangan lahan HTI perlu menjadi prioritas guna
menjamin peningkatan produksi pulp dan kertas Indonesia.
Pasalnya, pembangunan HTI pulp dan kertas berjalan lamban. Sejak 5
tahun terakhir, hanya 3,7 juta hektare HTI yang dibangun dari 10 juta ha
yang dicadangkan. Hingga tahun lalu, produksi pulp nasional baru
mencapai 6,9 juta ton per tahun dan produksi kertas sebesar 11,5 juta
ton, masih jauh tertinggal dari torehan Brazil yang mampu memproduksi
174 juta ton kertas di areal HTI seluas 63 juta ha.
“Bahkan, luas HTI Indonesia dengan Vietnam saja sudah hampir sama.
Pemerintah harus menjamin tambahan HTI kalau masih berharap industri ini
bisa menjadi tulang punggung devisa negara dari sektor kehutanan,”
ungkapnya.
sumber: http://archive.bisnis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar