Jumat, 29 Maret 2013

INDUSTRI KEHUTANAN: RAPP bidik pasar ekspor bibit tanaman hutan



JAKARTA: PT Riau Andalan Pulp and Paper terus membidik peluang ekspor bibit tanaman hutan jenis akasia ke China dan Malaysia. Hingga kini, sejumlah sentra pembibitan yang dikembangkan RAPP mampu memproduksi 200 juta bibit akasia dan ekaliptus setiap tahun.
 
RAPP telah mengembangkan 4 pusat pembibitan di Pangkalan Kerinci, Pelalawan dan Baserah, serta sejumlah satellite nursery. Sebagian besar produksi bibit tanaman hutan dikonsentrasikan untuk memasok kebutuhan pengembangan hutan tanaman industri (HTI).
 
Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin mengungkapkan pembangunan sentra pembibitan merupakan bagian dari komitmen perusahaan guna mengoptimalkan potensi hutan dengan tetap menjunjung prinsip kelestarian.
 
Menurut Kusnan, pengembangan nursery itu telah mengadopsi teknologi pembibitan kehutanan yang berdampak langsung pada upaya-upaya pengurangan emisi karbon, termasuk strategi pengelolaan hutan tanaman yang berkelanjutan.
 
Selain itu, produktivitas dan kualitas serat kayu juga dapat dicapai dengan mengintegrasikan perbaikan genetik tanaman untuk sifat kayu yang diinginkan. RAPP, seru Kusnan, telah melakukan rangkaian penelitian penyebaran bahan genetic serta mengkaji praktik silvikultur yang tepat untuk lahan dan spesies dalam upaya meminimalkan penurunan kualitas karena hama dan penyakit.
 
“Pusat pembibitan ini juga akan mendukung ekspor bibit akasia ke Malaysia dan China. Ini akan menunjukkan apresiasi internasional terhadap kualitas bibit yang dihasilkan oleh RAPP,” katanya kepada Bisnis hari ini, (13/8).
 
Ekspor benih tanaman hutan perlu melengkapi sejumlah persyaratan seperti sertifikat asal-usul, sertifikat mutu benih dan bibit dari Balai dan Lembaga Sertifikasi, serta sertifikat kesehatan  dari Badan Karantina Tumbuhan apabila dibutuhkan pihak pemohon.
 
Kementerian Kehutanan menghimbau perusahaan yang mengimpor benih tanaman hutan perlu mempertimbangkan kualitas benih. Selain itu, pasokan kebutuhan di dalam negeri harus terpenuhi sebelum ekspor dilakukan.
 
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Misbahul Huda mengungkapkan pasokan benih dan cadangan lahan HTI perlu menjadi prioritas guna menjamin peningkatan produksi pulp dan kertas Indonesia.
 
Pasalnya, pembangunan HTI pulp dan kertas berjalan lamban. Sejak 5 tahun terakhir, hanya 3,7 juta hektare HTI yang dibangun dari 10 juta ha yang dicadangkan. Hingga tahun lalu, produksi pulp nasional baru mencapai 6,9 juta ton per tahun dan produksi kertas sebesar 11,5 juta ton, masih jauh tertinggal dari torehan Brazil yang mampu memproduksi 174 juta ton kertas di areal HTI seluas 63 juta ha.
 
“Bahkan, luas HTI Indonesia dengan Vietnam saja sudah hampir sama. Pemerintah harus menjamin tambahan HTI kalau masih berharap industri ini bisa menjadi tulang punggung devisa negara dari sektor kehutanan,” ungkapnya.

sumber: http://archive.bisnis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar