Rabu, 13 Maret 2013

Hutan Suaka Margasatwa Kerumutan

Hutan Suaka Marga Satwa Kerumutan : Berpetualang di Salah Satu Paru-Paru Bumi

Suaka margasatwa ini terhampar di kawasan seluas total 1.332.169 ha dan dihuni berbagai jenis flora dan fauna khas hutan dataran rendah. Wilayahnya dihiasi koridor pepohonan mangrove yang dilalui Sungai Kampar sehingga menjadikannya begitu spesial di antara hutan-hutan lain yang tersebar di Pulau Sumatera.

Hutan Suaka Marga Satwa Kerumutan merupakan kawasan konservasi yang berlokasi di Kecamatan Kerumutan dan secara administratif melebar melintasi dua kabupaten yaitu Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Batas hutan ini adalah Sungai Indragiri, Sungai Kampar, Pantai Timur Sumatera dan Jalan Lintas Timur Sumatera.

Hutan dataran rendah ini memiliki kondisi lahan yang berbeda-beda sehingga dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu: Kawasan Inti (kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan) seluas 93.223 ha, Kawasan Lindung Gambut (kawasan perluasan potensial) seluas 52.213 ha, dan Kawasan Bukan Inti (Intervensi) berupa tempat penyelamatan ekosistem hutan rawa gambut seluas 1.176.734 ha.

Kawasan yang terdiri dari 75% rawa gambut dan 25% rawa kering tersebut sudah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu jaringan cagar biosfer dunia tahun 2009 di Jeju, Korea. UNESCO tentunya bukan tanpa alasan menjadikan Hutan Suaka Marga Satwa Kurumutan sebagai salah cagar biosfer di dunia, karena menurut beberapa penelitian hutan ini terbukti sebagai jantung dan paru-paru pernapasan Bumi juga sebagai pengendali perubahan iklim Bumi dan penyedia karbon bumi.

Meskipun kawasan hutan ini dimanfatkan sebagai lahan industri kehutanan, perkebunan, perladangan namun hutan Kerumutan tetap menyimpan keistimewaannya. Selain pemandangan hutan gambutnya, daya tarik utama hutan ini adalah kekayaan flora dan fauna di dalamnya dan salah satunya adalah keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis).

Selain itu, ada juga fauna penting lainya, yaitu: harimau dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), burung enggang (Buceros rhinoceros), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kuntul putih (Egretta intermedia), ikan arwana (Schleropages formosus), owa (Hylobutes Moloch), itik liar (Cairina scutulata), dan buaya sinyulong. Kerumutan juga menjadi tempat singgah berbagai burung yang bermigrasi sehingga ditetapkan juga sebagai wilayah kawasan Importan Bird Area (IBA) dan  Endangered Bird Area (EBA).

Sedangkan flora endemik di bagian hutan rawa gambut dan rawa kering di antara adalah: kantung semar (Nephentes Spp), meranti (Shorea sp), punak (Tetrameristaglabra miq), perupuk (Solenuspermun javanicus), nipah (Nypa fruction), rengas (Gluta rengas), pandan (Pandanus sp) dan masih banyak lagi yang lainnya.

Selain penduduk pendatang dari bagian lain Sumatera, Melayu Pesisir dan Jawa, kawasan di sekitar hutan ini juga dihuni masyarakat asli (indigenouse people) suku Duanu dan suku Petalangan. Menurut data pemerintah setempat jumlah penduduk di kawasan Hutan Suaka Marga Satwa Kerumutan sekitar 27.025 jiwa.

Sumber: http://indonesia.travel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar