Selasa, 19 Maret 2013

Hutan Hujan Tropis Indonesia Makin Terancam


Hutan Hujan Tropis Indonesia Makin Terancam  
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Kementerian Kehutanan, Adi Susmianto, menyatakan keaslian dan kemurnian keanekaragaman hayati hujan hutan tropis Indonesia makin terancam.



Hadirnya jenis-jenis spesies tumbuhan dan satwa asing invasif disebut Adi sebagai ancaman bagi hutan hujan tropis di negara ini. "Tentunya berakibat negatif terhadap kemurnian spesies tumbuhan dan satwa liar di ekosistem," kata Adi dalam peluncuran program Removing Barrier to Invasive Species Management in Protection and Production Forest in South East Asia-Indonesia, Kamis, 30 Agustus 2012.

Adi menjelaskan spesies invasif adalah flora dan fauna yang berdampak negatif bagi ekosistem. Pasal 8 artikel h Convention on Biological Diversity mewajibkan negara melakukan pengendalian dan pemusnahan spesies asing invasif. Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994.

Menurut Adi, masih banyak flora dan fauna Indonesia yang belum diketahui namanya. Flora dan fauna tersebut, kata Adi, sebagian besar dari Indonesia bagian timur. Di lain pihak, Adi menuturkan, tanpa disadari banyak spesies asing yang mulai masuk ke Indonesia dan mendominasi di hutan hujan tropis.

Kondisi tersebut tidak hanya dialami Indonesia, tapi juga negara-negara lain di Asia Tenggara. Adi menyebut perdagangan, pariwisata, serta transportasi sebagai pemicu utama invasi jenis secara biologis. Sebagai contoh, pada 2005 Indonesia mengimpor 9.604.045 tanaman hias dari Korea Selatan, Belanda, Jepang, dan Amerika.

Sedangkan pada sektor kehutanan, dampak ekologis dari invasive alien species (IAS) dapat dilihat di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Di taman nasional tersebut ditemukan serangan Acacia nilotica yang berasal dari India.

Invasi bermula pada 1969 saat spesies tersebut ditanam di pinggir taman nasional tersebut. Saat ini, 50 persen atau sekitar 7.000 hektare area savana telah didominasi spesies tersebut.

Adi mengaku kebijakan pengendalian serta tindakan operasional terhadap serangan spesies invasif masih lemah. Ia menuturkan, beberapa negara Eropa serta Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru telah mengaplikasikan analisa risiko serta cost recovery mechanism dari kehadiran spesies invasif.

Namuni, negara-negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, belum menerapkannya. "Perumusan kebijakan nasional pengendalian jenis asing invasif sekarang sedang dalam penyelesaian di Kementerian Lingkungan Hidup," ujarnya.


Sumber: http://www.tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar