Maraknya
penebangan atau penambangan liar di Taman Nasional Kerinci Seblat
wilayah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat cukup meresahkan.
Petugas dalam dua bulan terakhir menemui kasus pembalakan liar di
wilayah tersebut. Padahal, bencana banjir dan longsor yang menimpa
daerah tersebut sebelumnya diakui akibat kerusakan hutan.
Bencana longsor dan banjir bandang yang
meluluhlantakkan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), Kabu¬paten
Solok Selatan, seper¬tinya belum cukup menjadi pelajaran untuk
meles¬tari¬kan lingkungan. Penjarahan hu¬tan di Solok Selatan ma¬sih
terjadi. Dalam dua pekan terakhir, ditemukan delapan kubik kayu olahan
hasil pe¬ne¬bangan liar, yang diduga berasal dari hutan Taman Nasional
Kerinci Seblat (TNKS).
Saat patroli di kawasan Sungaiipuh, Nagari Pakan Rabaa Tangah, KPGD,
Jumat (24/1), sekitar pukul 17.00, aparat kepolisian dari Polsek KPGD
kembali menemukan dua kubik kayu tak bertuan. Kayu balok ukuran 6x20 cm
tersebut merupakan jenis pu¬lai, atau kayu yang biasa digu¬nakan untuk
membuat profil.
Diwartakan sebelumnya, Sabtu pekan lalu, jajaran Polsek KPGD juga
berhasil menyita 2,5 kubik kayu hasil penebangan liar di Sungai¬ipuh.
Kawasan ini pada 25 Desember 2012 lalu, dilanda longsor dan menewaskan
tiga orang warga.
"Kami kembali menemu¬kan kayu yang diduga hasil penebangan liar
sebanyak dua kubik atau 32 batang waktu patroli ke kawasan Sungaiipuh
dan telah disita untuk dijadi¬kan barang bukti. Kepemi¬likannya tengah
kami selidiki. Kami akan terus melakukan razia ilegal logging maupun ilegal minning, agar KPGD bersih dari ilegal," tutur Kapol¬res Solok Selatan AKBP Djoko Trisulo melalui Kapolsek KPGD AKP Adang Saputra.
Secara terpisah, kepala seksi TNKS wilayah IV, Zai¬nudin menyayangkan
tinda¬kan pengrusakan di kawasan TNKS. Padahal, keberadaan hutan
sebagai penyangga air dapat memperkecil risiko ben¬cana banjir dan
longsor.
"Kalau melihat jenisnya (pulai), kayu itu banyak tum¬buh di kebun
masyarakat. Namun, kita tetap menduga kayu itu dari TNKS, karena wilayah
Sungaiipuh dekat ka¬wasan TNKS," ungkap Zai.
Zainudin mengimbau ma¬syarakat bahu membahu men¬jaga keselamatan
hutan. Se¬bab, bila hutan dirusak dan alam sudah tak seimbang lagi,
benca¬na tinggal menunggu bom wak¬tu. Belajar dari ma¬syarakat di Jorong
Pincu¬ran¬tujuh atau Bangunrejo, Nagari Lubuk Gadang Selatan,
Keca¬matan Sangir, masyarakatnya hidup berdampingan dengan TNKS. Kasus
pengrusakan hutan nya¬ris tidak ditemui dan terjaga.
Warga Bangunrejo telah menjadi polisi hutan. Siapa saja yang akan
masuk ke ka¬wasan TNKS, maka harus ber¬hadapan dengan warga kam¬pung
tersebut. Komitmen ma¬syarakat menjaga hutan patut diacungi jempol.
"Hutan ada¬lah paru-paru kita. Untuk kedamaian dan kesejahteraan kita di
sini," kata kepala Jorong Bangunrejo, Bejo, beberapa waktu lalu.
Sumber:
Padang Ekspres
Tidak ada komentar:
Posting Komentar