Senin, 18 Maret 2013

Taman Nasional Kerinci Seblat terus dijarah, bencana alam semakin parah


Maraknya penebangan atau penambangan liar di Taman Nasional Kerinci Seblat wilayah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat cukup meresahkan. Petugas dalam dua bulan terakhir menemui kasus pembalakan liar di wilayah tersebut. Padahal, bencana banjir dan longsor yang menimpa daerah tersebut sebelumnya diakui akibat kerusakan hutan.
Bencana longsor dan banjir bandang yang meluluhlantakkan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), Kabu¬paten Solok Selatan, seper¬tinya belum cukup menjadi pelajaran untuk meles¬tari¬kan lingkungan. Penjarahan hu¬tan di Solok Selatan ma¬sih terjadi. Dalam dua pekan terakhir, ditemukan delapan kubik kayu olahan hasil pe¬ne¬bangan liar, yang diduga berasal dari hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Saat patroli di kawasan Sungaiipuh, Nagari Pakan Rabaa Tangah, KPGD, Jumat (24/1), sekitar pukul 17.00, aparat kepolisian dari Polsek KPGD kembali menemukan dua kubik kayu tak bertuan. Kayu balok ukuran 6x20 cm tersebut merupakan jenis pu¬lai, atau kayu yang biasa digu¬nakan untuk membuat profil.
Diwartakan sebelumnya, Sabtu pekan lalu, jajaran Polsek KPGD juga berhasil menyita 2,5 kubik kayu hasil penebangan liar di Sungai¬ipuh. Kawasan ini pada 25 Desember 2012 lalu, dilanda longsor dan menewaskan tiga orang warga.
"Kami kembali menemu¬kan kayu yang diduga hasil penebangan liar sebanyak dua kubik atau 32 batang waktu patroli ke kawasan Sungaiipuh dan telah disita untuk dijadi¬kan barang bukti. Kepemi¬likannya tengah kami selidiki. Kami akan terus melakukan razia ilegal logging maupun ilegal minning, agar KPGD bersih dari ilegal," tutur Kapol¬res Solok Selatan AKBP Djoko Trisulo melalui Kapolsek KPGD AKP Adang Saputra.
Secara terpisah, kepala seksi TNKS wilayah IV, Zai¬nudin menyayangkan tinda¬kan pengrusakan di kawasan TNKS. Padahal, keberadaan hutan sebagai penyangga air dapat memperkecil risiko ben¬cana banjir dan longsor.
"Kalau melihat jenisnya (pulai), kayu itu banyak tum¬buh di kebun masyarakat. Namun, kita tetap menduga kayu itu dari TNKS, karena wilayah Sungaiipuh dekat ka¬wasan TNKS," ungkap Zai.
Zainudin mengimbau ma¬syarakat bahu membahu men¬jaga keselamatan hutan. Se¬bab, bila hutan dirusak dan alam sudah tak seimbang lagi, benca¬na tinggal menunggu bom wak¬tu. Belajar dari ma¬syarakat di Jorong Pincu¬ran¬tujuh atau Bangunrejo, Nagari Lubuk Gadang Selatan, Keca¬matan Sangir, masyarakatnya hidup berdampingan dengan TNKS. Kasus pengrusakan hutan nya¬ris tidak ditemui dan terjaga.
Warga Bangunrejo telah menjadi polisi hutan. Siapa saja yang akan masuk ke ka¬wasan TNKS, maka harus ber¬hadapan dengan warga kam¬pung tersebut. Komitmen ma¬syarakat menjaga hutan patut diacungi jempol. "Hutan ada¬lah paru-paru kita. Untuk kedamaian dan kesejahteraan kita di sini," kata kepala Jorong Bangunrejo, Bejo, beberapa waktu lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar