Program Pengembangan Kolaborasi Konservasi dan Perlindungan Kawasan
Leuser (KEL) menghasilkan sebanyak 90.720 bibit tanaman untuk
merestorasi lahan hutan di kawasan Blok Kabupaten Karo dan Kabupaten
Langkat, Sumatera Utara.
"Ini merupakan komponen kegiatan
ketiga dalam pelatihan dan produksi bibit tanaman untuk persiapan
restorasi koridor konektivitas dan lahan terdegradasi di KEL Blok
Karo-Langkat seluas 150 Ha," kata Manajer Program Yayasan Orangutan
Sumatera Lestari-Pusat Informasi Orangutan (YOSL-OIC) Masrizal Saraan di
Medan, Senin 18 Februari 2013.
Masrizal menyebutkan bibit-bibit
tersebut terdiri dari 41 spesies dimana hasil produksi triwulan pertama
(Oktober-Desember 2012) sebanyak 41.205 bibit dan produksinya mencapai
49.515 bibit.
Dia menyebutkan, jenis bibit tanaman tersebut di
antaranya, pulai (Alstonia scholaris), rambutan (Nephelium lappaceum),
jeluak (Mallotus barbatus), turi-turi (Sesbania grandifora), cempedak
(arthocarpus champeden), tiga urat (Cinnamommum spp.), sentang
(Azadirachta exelsa), halaban (Vitex pubescens), sungkai (Peronema
canesdens), salam (Syzygium polyanthum) dan lainnya.
Lebih
lanjut, dia menjelaskan kegiatan tersebut terdiri dari empat tahapan,
meliputi memproduksi bibit, pembangunan pusat pembibitan dan pondok
kerja, pembuatan pupuk kompos serta penyediaan/prosuksi bibit tanaman.
"Kegiatan
pelatihan produksi bibit baru baru dapat terlaksana untuk dua kelompok,
padahal pada triwulan sebelumnya telah terbentuk empat kelompok kerja
restorasi," katanya.
Dia mengatakan dua kelompok lainnya telah
mendapat pelatihan produksi bibit yang dilaksanakan pada November 2012
di pondok kerja restorasi di Desa Halaban, Kabupaten Langkat.
"Nantinya pondok tersebut akan difungsikan sebagai pusat pelatihan pembibitan (nursery training center)," katanya.
Masruzal menjelaskan bibit tanaman tersebut diproduksi dengan mencari biji dan anakan yang merupakan cabutan dari alam.
Dia
menyebutkan, kegiatan tersebut meliputi persiapan alat dan bahan,
persiapan media tanam, pengisian tanah ke 'polybag', penyemaian benih
dan cabutan alam, penyapihan bibit dan perawatan bibit, seperti
penyulaman sisip bibit, penyiraman dan penyiangan gulma.
"Penyemaian benih dan penyapihan bibit dilaksanakan dengan melibatkan ibu-ibu sekitar kampung," katanya.
Produksi
bibit tersebut merupakan salah satu kegiatan restorasi di Kawasan
Tanaman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Resor Sei Betung dan hasil
kerjasama OIC dalam kapasitasnya sebagai Oversight Comittee Technical
Meeting (OCTM) USAID untuk Tropical Forest Conservation Action (TFCA)
Sumatera.
Di resor tersebut, sekitar 200 hektar lahan sudah
direstorasi sejak 2008, dimana saat ini tanaman sudah berumur empat
tahun.
Sumber: Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar