suarasurabaya.net - Perilaku satwa liar di
sejumlah objek wisata di kawasan Gunung Merapi bisa berubah karena
kebiasaan diberi makan oleh wisatawan.
Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Asep Nia Kurnia, pada Antara,
Selasa (5/3/2013), mengatakan perubahan perilaku tersebut dapat
menyebabkan satwa liar turun mencari makan di permukiman penduduk di
kawasan gunung itu.
"Sebenarnya di hutan Merapi tidak ada kera, karena yang masuk kategori
kera adalah yang tidak memiliki ekor, seperti orangutan atau gorila,
Sedangkan yang memiliki ekor termasuk dalam keluarga monyet," katanya.
Ia mengatakan adanya monyet dari hutan Merapi yang ditengarai turun ke
permukiman penduduk beberapa waktu lalu disebabkan beberapa faktor.
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan monyet hutan Merapi bisa keluar
dari habitat aslinya. Yaitu perubahan pola makan, karena pengaruh
wisatawan yang sering memberi makanan di kawasan hutan wisata setempat,"
katanya.
Menurut dia, dampak kerusakan ekosistem hutan akibat erupsi Gunung
Merapi pada 2010 juga memiliki potensi sebagai penyebab satwa liar
kawasan itu turun hingga ke permukiman penduduk.
"Beberapa waktu lalu kami juga mendapat laporan adanya anak macan yang
turun hingga ke Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman. Kami memang menemukan bekas tapak kaki menyerupai anak
macan, namun kemungkinan besar itu adalah tapak kucing hutan atau
kucing besar.
Asep mengatakan memang saat ini terpantau ada beberapa satwa liar yang telah kembali ke hutan Merapi pascaerupsi lalu.
"Satwa liar yang terpantau di sini di antaranya macan kumbang dan macan
tutul, ada beberapa ekor, kemudian jenis kijang dan burung serta
monyet," katanya.
Ia mengatakan untuk mengantisipasi satwa liar turun ke permukiman
penduduk, pihaknya juga terus menggiatkan pemulihan ekosistem hutan di
kawasan TNGM sejak pascaerupsi.
"Kami menargetkan dalam periode lima tahun sejak 2011 mulai melakukan
pemulihan ekosistem dengan penanaman bibit pohon di 1.000 hektare.
Sedangkan dalam dua tahun ini, kawasan hutan TNGM yang berhasil
dihijaukan mencapai 400 hektare, dari total hutan seluas 2.400 hektare
yang rusak terdampak erupsi Merapi," katanya.
Menurut dia, itu termasuk di antaranya jenis tanaman pangan untuk makanan satwa monyet seperti salam dan duwet.
Sumber: http://kelanakota.suarasurabaya.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar