Rabu, 13 Maret 2013

Prilaku Satwa Gunung Merapi Berubah


suarasurabaya.net - Perilaku satwa liar di sejumlah objek wisata di kawasan Gunung Merapi bisa berubah karena kebiasaan diberi makan oleh wisatawan. 

Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Asep Nia Kurnia, pada Antara, Selasa (5/3/2013), mengatakan perubahan perilaku tersebut dapat menyebabkan satwa liar turun mencari makan di permukiman penduduk di kawasan gunung itu.

"Sebenarnya di hutan Merapi tidak ada kera, karena yang masuk kategori kera adalah yang tidak memiliki ekor, seperti orangutan atau gorila, Sedangkan yang memiliki ekor termasuk dalam keluarga monyet," katanya.

Ia mengatakan adanya monyet dari hutan Merapi yang ditengarai turun ke permukiman penduduk beberapa waktu lalu disebabkan beberapa faktor.

"Ada beberapa faktor yang menyebabkan monyet hutan Merapi bisa keluar dari habitat aslinya. Yaitu perubahan pola makan, karena pengaruh wisatawan yang sering memberi makanan di kawasan hutan wisata setempat," katanya.

Menurut dia, dampak kerusakan ekosistem hutan akibat erupsi Gunung Merapi pada 2010 juga memiliki potensi sebagai penyebab satwa liar kawasan itu turun hingga ke permukiman penduduk.

"Beberapa waktu lalu kami juga mendapat laporan adanya anak macan yang turun hingga ke Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Kami memang menemukan bekas tapak kaki menyerupai anak macan, namun kemungkinan besar itu adalah tapak kucing hutan atau kucing besar.

Asep mengatakan memang saat ini terpantau ada beberapa satwa liar yang telah kembali ke hutan Merapi pascaerupsi lalu.

"Satwa liar yang terpantau di sini di antaranya macan kumbang dan macan tutul, ada beberapa ekor, kemudian jenis kijang dan burung serta monyet," katanya.

Ia mengatakan untuk mengantisipasi satwa liar turun ke permukiman penduduk, pihaknya juga terus menggiatkan pemulihan ekosistem hutan di kawasan TNGM sejak pascaerupsi.

"Kami menargetkan dalam periode lima tahun sejak 2011 mulai melakukan pemulihan ekosistem dengan penanaman bibit pohon di 1.000 hektare. Sedangkan dalam dua tahun ini, kawasan hutan TNGM yang berhasil dihijaukan mencapai 400 hektare, dari total hutan seluas 2.400 hektare yang rusak terdampak erupsi Merapi," katanya. 

Menurut dia, itu termasuk di antaranya jenis tanaman pangan untuk makanan satwa monyet seperti salam dan duwet. 


Sumber: http://kelanakota.suarasurabaya.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar