Selasa, 19 Maret 2013

Menjelajahi Hutan Tropis Kalimantan


Menjelajahi Hutan Tropis Kalimantan

HIMPALAUNAS.COM, BALIKPAPAN - Kalimantan memang kaya hutan tropis yang lebat, serta satwa dan fauna yang endemik, menjadi daya tarik dari kawasan ini.
Kawasan purbakala bernama crash Sangkuriang misalnya. Untuk menuju kawasan ini harus menggunakan perahu ketingting, karena lokasi crash sangat jauh, terpencil dan sulit dijangkau.
Ini adalah potret sebenarnya dari kehidupan Kalimantan. Semakin kita kedalam, akan menemukan keanekaragaman hutan dan pohon yang masih lestari dengan harapan, 10 atau 20 tahun lagi kondisi ini masih terjaga dengan baik. Bebatuan kapur dan cadas adalah tanda telah memasuki kawasan crash. Batu-batu cadas ini sangat rapuh dan tajam. Dan Kami harus berhati-hati, karena salah sedikit saja bisa berakibat fatal.
Ada juga Goa Tewet yang berada di gugusan Gunung Karst. Lokasinya begitu terpencil, sehingga sangat jarang orang yang datang. Tinggi goa dari permukaan laut sekitar 1000 meter. Di dalamnya banyak ditemukan goresan-goresan peninggalan prasejarah yang merupakan saksi dari peradaban manusia ribuan tahun yang lalu di Kalimantan.
Goa ini ditemukan sekitar tahun 90-an oleh peneliti dari LIPI dan ITB dan diperkirakan adalah tempat bernaung manusia purba yang hidup berpindah-pindah. Ditemukan gambar telapak tangan yang diperkirakan berusia sekitar 20 ribu tahun sebelum Masehi. Tangan ini adalah milik dari suku pertama yang menghuni kawasan ini ketika Pulau Filipina, dataran Cina Selatan, Malaysia dan Pulau Kalimantan masih bersatu.
Selain telapak tangan ada pula lukisan dari aliran sungai, kijang dan tumbuh-tumbuhan. Lukisan ini ibarat sebuah peta, kawasan dan wilayah, yang masuk dalam kekuasaan suku prasejarah ini. Namun para peneliti sejauh ini masih menerka dan belum mengetahui makna lebih dalam, dari lukisan buah Tewet ini. Hingga sekarang mereka masih melakukan riset dan mereka meminta kawasan ini harus tetap dilestarikan dari tangan-tangan jahil manusia.
Kemudian, di Kalimantan Timur yang diselimuti hutan lebat, Bangkirai ini adalah salah satu pohon yang tumbuh dikawasan ini yang menjulang tinggi hingga 50 meter dengan masa hidup yang sangat lama hingga 150 tahun. Kawasan ini bernama Taman Bukit Bangkirai yang letaknya dalam kawasan hutan lindung yang luasnya sekitar 1500 hektar.
Taman Bukit Bangkirai letaknya cukup jauh dari kota Balikpapan sekitar 3 jam perjalanan. Kendati jauh dan terpencil, kawasan ini cukup menantang untuk bertualang dan salah satu lokasi itu adalah Canopy Walk. Sebagian besar pohon yang tumbuh disini adalah langka dan anda dapat turut melestarikannya dengan cara mengadopsinya dengan dipungut biaya sebesar 5 juta rupiah pertahun untuk satu pohonnya.
Perjalanan menuju lokasi Canopy Walk cukup jauh dan melelahkan apalagi yang pertama kali datang ke lokasi ini. Salah satu sensasi yang mengasikan adalah berjalan-jalan diatas pohon pada ketinggian 40 meter diatas permukaan laut ini. Canopy Bridge adalah jembatan di mana Anda bisa menitinya di ketinggian 50 meter dari satu pohon ke pohon lain dan jembatan ini merupakan jembatan pertama di Indonesia dan dibuat para insinyur dari Amerika Serikat pada tahun 1958.
Tujuan mereka adalah untuk melestarikan kawasan ini. Jembatan ini menghubungkan 5 pohon bangkirai yang terbentang sekitar 65 meter. Bagi yang takut dengan ketinggian sebaiknya tidak mencobanya. Lebatnya hutan Kalimantan menjadi lebih jelas dan di lokasi ini juga sering dilakukan kegiatan bertualang, riset dan penelitian. Masih banyak lokasi lain yang bisa Anda jelajahi di kawasan Kalimantan Timur ini.
Selain itu tentang Beruang Madu. Tidak banyak yang tahu tentang beruang madu, yang ternyata merupakan maskot Kota Balikpapan di Kalimantan Selatan. Kota Balikpapan ini ternyata juga terdapat tempat penangkaran beruang madu, yang lokasinya berada di Cagar Alam Sungai Wain. Hutan Lindung Sungai Wain dahulunya terkenal sebagai habitat beruang madu di Kalimantan. Namun sayang, populasinya semakin hari semakin menurun.
Ekosistem di kawasan ini memang masih memungkinkan beruang madu, untuk bertahan hidup. Kita juga bisa menyaksikan rapatnya ekosistem hutan rawa dan ekosistem hutan hijau dataran rendah. Beberapa sarang Orangutan masih bisa ditemukan di ketinggian pohon khas.  Bila ingin menemukan jejak beruang madu meskipun tidak mudah menemukannya di tengah lebatnya hutan, bisa langsung ke tempat penangkarannya, di Kilometer 23, Jalan Raya Poros Kalimantan.
Memasuki kawasan ini, petugas sedang memberikan makan siang bagi beruang madu. Mirip Jurassic Park. Kawat beraliran listrik mengelilingi kawasan seluas 2 hektar ini. Bukan madu saja, hewan ini juga menyenangi buah-buahan dan serangga. Beruang madu adalah jenis beruang yang terkecil di dunia, dengan berat sekitar 30 hingga 60 kilogram. Kita mudah mengenalinya, yakni dari tanda seperti kalung yang melingkar di dadanya.
Di Eropa, beruang madu dikenal dengan nama Sun Bear, berarti beruang matahari. Berasal dari tanda dada yang seperti warna kuning, matahari. Beruang madu ini merupakan hewan langka, karena sering diburu oleh manusia, untuk dijadikan hewan piaraan atau koleksi. Padahal di Asia Tenggara, kita hanya bisa menemukan di kawasan hutan tropis ini, yang juga semakin menipis.
Hewan ini membutuhkan areal hutan luas, untuk bisa bertahan hidup. Misalnya, untuk seekor beruang betina memerlukan areal sekitar 500 hektar. Itu berarti, kita harus membutuhkan hutan tropis yang sangat luas, agar mereka bisa bertahan.

Sumber: http://himpalaunas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar