HIMPALAUNAS.COM, BALIKPAPAN - Kalimantan memang kaya hutan tropis yang lebat, serta satwa dan fauna yang endemik, menjadi daya tarik dari kawasan ini.
Kawasan
purbakala bernama crash Sangkuriang misalnya. Untuk menuju kawasan ini
harus menggunakan perahu ketingting, karena lokasi crash sangat jauh,
terpencil dan sulit dijangkau.
Ini adalah potret sebenarnya dari
kehidupan Kalimantan. Semakin kita kedalam, akan menemukan
keanekaragaman hutan dan pohon yang masih lestari dengan harapan, 10
atau 20 tahun lagi kondisi ini masih terjaga dengan baik. Bebatuan kapur
dan cadas adalah tanda telah memasuki kawasan crash. Batu-batu cadas
ini sangat rapuh dan tajam. Dan Kami harus berhati-hati, karena salah
sedikit saja bisa berakibat fatal.
Ada juga Goa Tewet yang berada
di gugusan Gunung Karst. Lokasinya begitu terpencil, sehingga sangat
jarang orang yang datang. Tinggi goa dari permukaan laut sekitar 1000
meter. Di dalamnya banyak ditemukan goresan-goresan peninggalan
prasejarah yang merupakan saksi dari peradaban manusia ribuan tahun yang
lalu di Kalimantan.
Goa ini ditemukan sekitar tahun 90-an oleh
peneliti dari LIPI dan ITB dan diperkirakan adalah tempat bernaung
manusia purba yang hidup berpindah-pindah. Ditemukan gambar telapak
tangan yang diperkirakan berusia sekitar 20 ribu tahun sebelum Masehi.
Tangan ini adalah milik dari suku pertama yang menghuni kawasan ini
ketika Pulau Filipina, dataran Cina Selatan, Malaysia dan Pulau
Kalimantan masih bersatu.
Selain telapak tangan ada pula lukisan
dari aliran sungai, kijang dan tumbuh-tumbuhan. Lukisan ini ibarat
sebuah peta, kawasan dan wilayah, yang masuk dalam kekuasaan suku
prasejarah ini. Namun para peneliti sejauh ini masih menerka dan belum
mengetahui makna lebih dalam, dari lukisan buah Tewet ini. Hingga
sekarang mereka masih melakukan riset dan mereka meminta kawasan ini
harus tetap dilestarikan dari tangan-tangan jahil manusia.
Kemudian,
di Kalimantan Timur yang diselimuti hutan lebat, Bangkirai ini adalah
salah satu pohon yang tumbuh dikawasan ini yang menjulang tinggi hingga
50 meter dengan masa hidup yang sangat lama hingga 150 tahun. Kawasan
ini bernama Taman Bukit Bangkirai yang letaknya dalam kawasan hutan
lindung yang luasnya sekitar 1500 hektar.
Taman Bukit Bangkirai
letaknya cukup jauh dari kota Balikpapan sekitar 3 jam perjalanan.
Kendati jauh dan terpencil, kawasan ini cukup menantang untuk bertualang
dan salah satu lokasi itu adalah Canopy Walk. Sebagian besar pohon yang
tumbuh disini adalah langka dan anda dapat turut melestarikannya dengan
cara mengadopsinya dengan dipungut biaya sebesar 5 juta rupiah pertahun
untuk satu pohonnya.
Perjalanan menuju lokasi Canopy Walk cukup
jauh dan melelahkan apalagi yang pertama kali datang ke lokasi ini.
Salah satu sensasi yang mengasikan adalah berjalan-jalan diatas pohon
pada ketinggian 40 meter diatas permukaan laut ini. Canopy Bridge adalah
jembatan di mana Anda bisa menitinya di ketinggian 50 meter dari satu
pohon ke pohon lain dan jembatan ini merupakan jembatan pertama di
Indonesia dan dibuat para insinyur dari Amerika Serikat pada tahun 1958.
Tujuan
mereka adalah untuk melestarikan kawasan ini. Jembatan ini
menghubungkan 5 pohon bangkirai yang terbentang sekitar 65 meter. Bagi
yang takut dengan ketinggian sebaiknya tidak mencobanya. Lebatnya hutan
Kalimantan menjadi lebih jelas dan di lokasi ini juga sering dilakukan
kegiatan bertualang, riset dan penelitian. Masih banyak lokasi lain yang
bisa Anda jelajahi di kawasan Kalimantan Timur ini.
Selain itu
tentang Beruang Madu. Tidak banyak yang tahu tentang beruang madu, yang
ternyata merupakan maskot Kota Balikpapan di Kalimantan Selatan. Kota
Balikpapan ini ternyata juga terdapat tempat penangkaran beruang madu,
yang lokasinya berada di Cagar Alam Sungai Wain. Hutan Lindung Sungai
Wain dahulunya terkenal sebagai habitat beruang madu di Kalimantan.
Namun sayang, populasinya semakin hari semakin menurun.
Ekosistem
di kawasan ini memang masih memungkinkan beruang madu, untuk bertahan
hidup. Kita juga bisa menyaksikan rapatnya ekosistem hutan rawa dan
ekosistem hutan hijau dataran rendah. Beberapa sarang Orangutan masih
bisa ditemukan di ketinggian pohon khas. Bila ingin menemukan jejak
beruang madu meskipun tidak mudah menemukannya di tengah lebatnya hutan,
bisa langsung ke tempat penangkarannya, di Kilometer 23, Jalan Raya
Poros Kalimantan.
Memasuki kawasan ini, petugas sedang memberikan
makan siang bagi beruang madu. Mirip Jurassic Park. Kawat beraliran
listrik mengelilingi kawasan seluas 2 hektar ini. Bukan madu saja, hewan
ini juga menyenangi buah-buahan dan serangga. Beruang madu adalah jenis
beruang yang terkecil di dunia, dengan berat sekitar 30 hingga 60
kilogram. Kita mudah mengenalinya, yakni dari tanda seperti kalung yang
melingkar di dadanya.
Di Eropa, beruang madu dikenal dengan nama
Sun Bear, berarti beruang matahari. Berasal dari tanda dada yang seperti
warna kuning, matahari. Beruang madu ini merupakan hewan langka, karena
sering diburu oleh manusia, untuk dijadikan hewan piaraan atau koleksi.
Padahal di Asia Tenggara, kita hanya bisa menemukan di kawasan hutan
tropis ini, yang juga semakin menipis.
Hewan ini membutuhkan areal
hutan luas, untuk bisa bertahan hidup. Misalnya, untuk seekor beruang
betina memerlukan areal sekitar 500 hektar. Itu berarti, kita harus
membutuhkan hutan tropis yang sangat luas, agar mereka bisa bertahan.
Sumber: http://himpalaunas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar