BOGOR (13 Maret, 2011)_Peningkatan luas tanaman Hutan Tanaman
Industri (HTI) seluas 15 persen per tahun dapat menurunkan emisi tahunan
sebesar 43 persen dari kondisi biasa atau business as usual (BAU), menurut hasil kajian terbaru Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan.
Dengan simulasi peningkatan luas HTI 15 persen per tahun, pada 2020
pembangunan HTI adalah sekitar 1,6 juta hektar, atau perkiraan luas
total HTI mencapai 14,3 juta hektar, menurut studi yang dirilis dalam
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Volume 8 Nomor 2, 2011.
Emisi karbon menurun menjadi sebesar 6 giga ton CO2 equivalent dari
semula sebesar 10,8 giga ton pada kondisi BAU, menurut Indartik dkk,
yang melakukan penelitian tersebut.
Apabila dihitung dengan rata-rata emisi tahunan, terjadi penurunan
emisi sebesar 0,2 giga ton CO2 equivalent per tahun dibandingkan kondisi
BAU. Tingkat emisi tahunan tersebut merupakan skenario tahun 2007
sampai tahun 2020 berdasarkan data aktivitas perubahan penutupan lahan
di kawasan hutan tahun 1990 – 2006 secara agregat nasional.
“Penurunan emisi tersebut berlaku untuk HTI secara nasional dan jika
asumsi pembangunan model dipenuhi,” kata Indartik baru-baru ini. Asumsi
yang digunakan adalah bahwa peningkatan emisi dari kawasan hutan
dipengaruhi oleh peningkatan kepadatan penduduk, perluasan perkebunan
sawit dan karet serta percepatan pembangunan HTI.
Hasil kajian menunjukkan bahwa 97 persen penutupan hutan dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk, kebutuhan lahan untuk sawit besar dan karet
swasta, serta pembangunan HTI. Pembangunan HTI memiliki hubungan positif
dengan penutupan hutan artinya pembangunan HTI akan meningkatkan
penutupan hutan.
Manfaat HTI bagi penutupan hutan akan lebih terasa jika dilakukan di
kawasan hutan yang terdeforestasi dan terdegradasi yang masih luas di
Indonesia. Dalam kajian yang dilakukan Ari Wibowo dari Pusat Litbang
Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan, kawasan yang masih tertutup
oleh vegetasi hutan yang baik, juga kawasan dengan kandungan gambut
tebal serta kawasan bernilai tinggi lainnya seharusnya tidak dikonversi
dan tetap dipertahankan sebagai hutan.
Menurut data Kementerian Kehutanan, luas lahan kritis dalam kawasan
hutan di Indonesia pada 2007 mencapai 51 juta hektar. Sementara
pembangunan HTI baru mencapai sekitar 4 juta hektar. Hal ini membuka
peluang pengembangan HTI di lahan-lahan kritis.
Beberapa jenis tanaman HTI yang telah dikembangkan di Indonesia antara lain Acacia mangium (mangium) dan Eucalyptus sp. Tanaman mangium mampu menyerap CO2 sekitar 300 kg CO2 per pohon dan tanaman Eucalyptus sp sekitar 400 kg CO2 per pohon. Pada HTI mangium dan Eucalyptus
sp dengan jarak 3 meter kali 3 meter, maka HTI tersebut mampu menyerap
hampir 400 ton CO2 per hektar (mangium) dan mendekati 500 ton CO2 per
hektar (Eucalyptus sp).
Sumber: http://www.redd-indonesia.org
|
Jumat, 29 Maret 2013
Peningkatan Hutan Tanaman Industri 15 persen, Mampu Turunkan Emisi 43 persen
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar